TUGAS
UAS
KULTUM
RAMADHAN
DOSEN
PENGAMPU:
Muslihin,
SE.
Disusun Oleh:
ISTIQOMAH
NIM : 3100005
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
PEMALANG 2012
DAFTAR ISI
1.
|
Sampul Halaman ………………………………………………………………
|
1
|
2.
|
Daftar Isi ……………………………………………………………………….
|
2
|
3.
|
3 Hal Penyemangat Shaum di Bulan Ramadhan ………………………………
|
3-4
|
4.
|
Membiasakan
Berbuat Baik ……………………………………………………
|
5-6
|
5.
|
Hindari Gosip Saat Berpuasa ! …………………………………………………
|
7-8
|
6.
|
Ramdhan Momentum Terbaik menuju Ikhlas ! ………………………………
|
9-11
|
7.
|
Keutamaan 10 Hari Terakhir
Bulan Ramadhan ………………………………
|
12-14
|
8.
|
Inilah Bonus Ramdhan …………………………………………………………
|
15-16
|
9.
|
Inilah Keajaiban Puasa Bagi Tubuh dan Pikiran ………………………………
|
17 - 19
|
10.
|
Puasa Dalam Al Quran …………………………………………………………
|
20-22
|
11.
|
3 Hal
Pengurang Nilai Shaum …………………………………………………
|
23- 24
|
12.
|
25-26
|
3 HAL
PENYEMANGAT SHAUM KITA DIBULAN RAMDHAN
1.
Pengampunan
Dosa
Allah dan Rasul-Nya memberikan
targhib (spirit) untuk melakukan puasa Ramadhan dengan menjelaskan
keutamaan serta tingginya kedudukan puasa, dan kalau seandainya orang yang
puasa mempunyai dosa seperti buih di lautan niscaya akan diampuni dengan sebab
ibadah yang baik dan diberkahi ini.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, (bahwasanya) beliau bersabda
(yang artinya) : “ Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh
iman dan ihtisab (mengharap wajah ALLAH) maka akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu” [Hadits Riwayat Bukhari 4/99, Muslim 759, makna "Penuh
iman dan Ihtisab' yakni membenarkan wajibnya puasa, mengharap pahalanya,
hatinya senang dalam mengamalkan, tidak membencinya, tidak merasa berat dalam
mengamalkannya]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu juga, -Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda (yang
artinya) : “ Shalat yang lima waktu, Jum’at ke Jum’at. Ramadhan ke Ramadhan
adalah penghapus dosa yang terjadi di antara senggang waktu tersebut jika
menjauhi dosa besar” [Hadits Riwayat Muslim 233].
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu juga, (bahwasanya) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah naik
mimbar kemudian berkata : Amin, Amin, Amin” Ditanyakan kepadanya : “Ya
Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?”
Beliau bersabda (yang artinya) : “ Sesungguhnya Jibril ‘Alaihis salam
datang kepadaku, dia berkata : “Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi
tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia,
katakan “Amin”, maka akupun mengucapkan Amin….” [Hadits Riwayat Ibnu
Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al-Baihaqi 4/204 dari jalan Abu
Hurairah. Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam
bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu
Syahri Ramadhan hal.25-34 karya Ibnu Syahin].
2.
Dikabulkannya Do’a dan Pembebasan Api Neraka
Rasullullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda (yang artinya) : “ Sesungguhnya Allah memiliki
hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan
Ramadhan, dan semua orang muslim yang berdo’a akan dikabulkan do’anya”
[Hadits Riwayat Bazzar 3142, Ahmad 2/254 dari jalan A'mas, dari Abu Shalih dari
Jabir, diriwayatkan oleh Ibnu Majah 1643 darinya secara ringkas dari jalan yang
lain, haditsnya shahih. Do'a yang dikabulkan itu ketika berbuka, sebagaimana
akan datang penjelasannya, lihat Misbahuh Azzujajah no. 60 karya Al-Bushri]
3.
Orang yang
Puasa Termasuk Shidiqin dan Syuhada
Dari ‘Amr bin Murrah
Al-Juhani[1] Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Datang seorang pria kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata : “Ya Rasulullah, apa
pendapatmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah,
engkau adalah Rasulullah, aku shalat lima waktu, aku tunaikan zakat, aku lakukan
puasa Ramadhan dan shalat tarawih di malam harinya, termasuk orang yang manakah
aku ?” Beliau menjawab (yang artinya) : “ Termasuk dari shidiqin dan
syuhada” [Hadits Riwayat Ibnu Hibban (no.11 zawaidnya) sanadnya Shahih]
MEMBIASAKAN BERBUAT BAIK
Salah
satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat
baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk
mencapai kebahagiaan hidup.
Dalam suatu hadits qudsi, Allah
SWT berfirman “Jikalau
seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya
sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya
sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku
mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)
Didalam melihat jalan hidup
masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa beberapa orang mempunyai
kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari
kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang
suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin
berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak
dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan
yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin tinggi
intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka semakin dekatlah kita
dengan-Nya.
Salah satu kunci kesuksesan
hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita
terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan
hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang
dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah
dua kali seminggu dan sholat jum’at sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasanya
ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya. Memulai suatu
aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka
ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat
sebelum mobil bergerak. Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya
dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal
perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka
tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw:
“Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh
perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang:
kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas,
sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba
menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat,
saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR.
Tirmidzi)
Salah satu cara untuk
mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan
besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak
melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat.
Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari
suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari
ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al Quran digunakan
agar manusia semakin ingat.
ôs)s9ur
$uZøù§|À
Îû
#x»yd Èb#uäöà)ø9$#
(#rã©.¤uÏ9
$tBur
öNèdßÌt
wÎ) #YqàÿçR
s“Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu
tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (QS. Al Israa’ 41)
Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang
dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita
semakin yakin.
HINDARI
GOSIP SAAT BERPUASA !
Bulan puasa sudah di depan mata.
Amal perbuatan kita menentukan kualitas puasa. Bahkan ada sebuah hadist
Rasulullah saw berbunyi, “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya
setara tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan (pahalanya), doanya dikabulkan,
dan dosanya diampuni”.
Itu menandakan tak ada detik
tanpa ibadah, apalagi untuk bergosip di bulan puasa. Fadhilah Suralaga, dosen
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan tips untuk
menghindari gosip sehingga ibadah puasa kian bermakna.
Tips apa saja yang dianjurkan untuk dilakukan di
bulan Ramadhan agar tak ada waktu untuk menggosip? Simak paparan sebagai
berikut :
1.
Memiliki Kesadaran Tinggi Tentang Makna Bulan Ramadhan
Menurut Fadhilah,
esensi puasa tidak hanya menahan makan dan minum saja tetapi juga harus
meninggalkan keinginan hawa nafsu dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa
dengan mengharapkan keridhaan Allah. “Puasa adalah tameng maka apabila salah
seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah dia berkata kotor dan janganlah
bertengkar dengan mengangkat suara. Jika dia dicela dan disakiti maka katakanlah
saya sedang berpuasa.
2.
Sibukan Diri
Dengan Hal-hal yang Bermanfaat
Fadhilah
menganjurkan bagi orang yang berpuasa supaya mengisi waktu luang untuk
mengoptimalkan ibadah, seperti; membaca al-Quran, membaca buku-buku agama,
mengikuti pengajian, dan berzikir. Dengan demikian bagi orang berpuasa tidak
punya waktu untuk mengunjungi teman atau tetangganya hanya untuk sekedar
menggosip
.
3.
Berbicaralah Hal
Yang Penting
Semakin banyak
bicara maka akan banyak hal yang tidak penting dibicarakan. Sesungguhnya Nabi
tidak hanya menyarakan berpuasa dari rasa lapar dan haus, tapi juga menjaga
diri dari kesia-sian. Fadhilah menuturkan sebuah hadis Bukhari-Muslim “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau
diam
4.
Mengubah Topik Pembicaraan Yang Menjurus Ke Gosip
Dengan Berdiskusi Keagamaan Atau Hal-Hal Yang Bersifat Sosial
“Bisa juga
membicarakan isu-isu hangat seperti pilkada atau membicarakan menu masakan,”
ungkap Fadhila
5.
Selektif Mencari Informasi Dari Televisi, Radio, Dan Internet
Bila selama ini setiap hari menonton
tayangan infotainment segeralah ganti chanel pada tayangan-tayangan keagamaan
seperti ceramah agama. Atau selama ini, menyibukkan diri untuk chatting di
jejaring sosial, gantilah membaca atau browsing artikel-artikel keagamaan yang
menunjang pengetahuan tentang makna puasa.
Sudah sejak lama kita semua memprihatinkan kualitas tayangan
dan program di televisi-televisi. Banyaknya unsur kekerasan, sensualitas,
mistis, dan kemewahan amatlah jauh dari nilai-nilai agama dan moral.
Visi
Islam sebenarnya yakni “Islam yang ramah, bukan Islam yang marah.” Nah,
momentum bulan suci Ramadhan 1432 H hendaknya dijadikan sarana untuk
mengembangkan ghirah keislaman yang menuju tatanan rahmatan lil alamin.
Ayah dari delapan anak ini menekankan supaya segenap umat memanfaatkan
kedatangan Ramadhan sebaik-baiknya.
“Perbanyak ibadah, karena pahala ibadah yang dilaksanakan di
bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT,” ungkap dia.
Akan
tetapi lanjut Nuril Huda, yang terpenting adalah bagaimana memaknai keutamaan
ibadah Ramadhan untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Oleh
karenanya, aktivitas sosial jangan pula ditinggalkan, baik yang dilakukan
selama Ramadhan dan bulan-bulan sesudahnya. Berikut refleksi Ramadhan dari KH
Nuril Huda : Apa sebenarnya makna yang terkandung dari bulan Ramadhan?
Ramadhan
yang ditandai dengan ibadah puasa sebulan penuh, pada hakekatnya adalah ujian
bagi naluri manusia yang cenderung tak terkontrol. Naluri yang sulit
dikendalikan itu adalah keinginan untuk makan dan minum. Sedangkan dari segi
filosofisnya, ada dua falsafah yang dapat menguasai serta mendominasi kehidupan
manusia, yakni materialisme dan spiritualisme. Mereka yang berorientasi pada
materi, akan selalu hidup untuk dunianya saja. Kehendak naluri mereka tidak
pernah terpuaskan dan ingin terus menambah apa-apa yang sebenarnya sudah
dimiliki dengan berbagai macam cara. Orang-orang semacam ini tidak disukai
Allah. Sementara itu orientasi spiritualisme adalah sebaliknya. Mereka tidak
mementingkan materi dunia melainkan hanya mencari kerahmatan Allah SWT. Namun
seperti kita ketahui, agama Islam adalah agama yang seimbang. Ia menghormati
rohani dan jasmani, memperhatikan nilai-nilai ideal manusia, tapi juga menjamin
kebutuhan hidup naluri duniawinya asalkan sesuai nilai-nilai agama. Apa yang
bisa dipetik dari Ramadhan adalah bagaimana umat dapat menyelaraskan kebutuhan
di dunia dan akherat. Ibadah diperlukan sebagai bekal menuju kehidupan di alam
nanti, sementara amal perbuatan di dunia menjadi perwujudan nyata dari
ketaqwaan terhadap Islam. Juga bulan penuh ampunan?
Betul
sekali. Ramadhan adalah bulan penuh barokah, rahmat, dan kebahagiaan. Umat
perlu merenung sejenak untuk bersiap-siap menyambutnya berikut menelaah
kebaikan-kebaikan yang dikandungnya. Allah SWT menjadikan bulan Ramadhan
sebagai bulan yang agung, memberikan keistimewaan yang banyak sekali. Pada
bulan ini seorang muslim mencurahkan sebagian besar perhatiaan kepada Allah,
akherat dan peningkatan ruhani sebelum peningkatan materi. Ia adalah bulan
ruhani, bulan munajat, serta waktu untuk menghadap kepada Allah, memohon
pertolongan dari Yang Maha Tinggi. Hendaknya selama Ramadhan, umat memperbanyak
bertaubat, memohon ampun dan mengevaluasi kembali lembaran masa lalu.
Rasulullah SAW pun senantiasa bertaubat setiap hari di bulan Ramadhan. Oleh
karenanya, momentum Ramadhan harus dipergunakan untuk menghapus dosa dan
sekaligus membangun komitmen memperbaiki diri di masa mendatang.
Tapi masalahnya selama ini, orang hanya bergiat ibadah di
bulan Ramadhan, sesudahnya intensitas ibadah cenderung menurun. Apa yang perlu
dibenahi dalam rangka membina keimanan dan takwa yang sifatnya permanen?
Yang
terpenting adalah membangun rasa keikhlasan yang sebenar-benarnya. Ikhlas untuk
memanjatkan doa, beribadah, serta bertakwa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat
sekarang, mungkin masih banyak di antara kita yang harus menebalkan kembali
keikhlasan ini, terutama karena banyaknya tantangan dan kendala yang kerap
ditemui. Saya sepakat agar jangan menjadikan ibadah sebagai sesuatu yang
sifatnya ritual semata. Patut dicamkan, interaksi yang dikehendaki di bulan
Ramadhan adalah interaksi dalam ketaatan kepada Allah, tidak sekedar sambil
lalu. Maka, hendaklah semua umat menjadikan bulan suci ini untuk meningkatkan
amal ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Fenomena yang sama
juga ditemui pada tayangan Ramadhan di televisi. Gencarnya program bernuansa
religi saat Ramadhan tidaklah seperti halnya di bulan-bulan lain?
Sudah
sejak lama kita semua memprihatinkan kualitas tayangan dan program di
televisi-televisi. Banyaknya unsur kekerasan, sensualitas, mistis, dan
kemewahan amatlah jauh dari nilai-nilai agama dan moral. Walau nantinya akan
ada payung hukum, misalnya UU pornografi, namun saya kira itu tidak bakal cukup
kuat meredam maraknya tayangan yang dapat merusak akhlak. Kita sudah meminta
secara terus menerus agar televisi membatasi diri. Negara ini sudah bangkrut.
Oleh karenanya, jangan ditambah lagi dengan upaya-upaya yang dapat menambah
kesengsaraan dan kemaksiatan di tengah masyarakat. Masih untung kita diberi
umur panjang, sebab jika Allah SWT sudah murka dan menurunkan adzab-Nya yang
lebih pedih, wah apa jadinya negara ini. Wajar kita khawatir pada tayangan
televisi sebab televisi punya pengaruh yang sangat kuat. Dengan begitu menjadi
kewajiban moral bagaimana agar pengelola televisi tidak mementingkan sisi
komersial. Saya rasa bulan Ramadhan ini bisa dijadikan langkah memperbaiki segi
tayangan dan program, alhadulillah kalau itu bisa berlanjut di bulan selain
Ramadhan. Apa-apa saja yang perlu dilaksanakan agar kita siap secara lahir
maupun bathin selama bulan Ramadhan ?
Pada
dasarnya, Ramadhan merupakan kesempatan terbaik umat untuk lebih mendekatkan
diri kepada sang Pencipta. Ibaratnya kita tengah melakukan perjalanan menuju
keridhoan Allah SWT. Para ulama kerap menggambarkan hal tersebut sebagai
perjalanan yang banyak terdapat ujian dan tentangan. Di situ misalnya, ada
gunung yang harus didaki, itulah nafsu. Selanjutnya tergantung masing-masing
umat, sesuai tekad dan semangat, apakah mampu menguasai tantangan yang
menghadang. Bila berhasil, capaiannya yang dapat diketahui adalah orang
tersebut mampu mengendalikan hawa nafsunya. Bila sudah sampai pada tahap itu,
dia dapat melanjutkan perjalanan untuk meraih ridho Allah SWT. Namun
diperlukankan bekal yang cukup agar sampai ke tujuan. Bekal itu berupa amal
kebajikan. Selain itu, harus ada tekad yang keras untuk memerangi nafsu tadi,
agar setiap malam Ramadhan dapat dimuliakan dengan shalat dan tadarrus serta
ibadah lainnya.
Bulan
Ramadhan merupakan bulan yang agung, bulan yang selalu dijadikan momentum untuk
meningkatkan kebaikan, ketakwaan serta menjadi ladang amal bagi orang-orang
yang shaleh dan beriman kepada Allah SwT.
Tidak
terasa, Ramadhan tahun ini sudah mendekati akhir karena telah telah memasuki 10
hari terakhir. Sebagian ulama kita membagi fase bulan Ramadhan dengan tiga
bagian. Fase pertama, yaitu 10 hari pertama adalah sebagai fase rahmat, 10 hari
kedua atau pertengahan adalah fase maghfiroh, serta fase ketiga atau 10 hari
terakhir adalah fase pembebasan dari api neraka. Maka saat ini kita berada
dalam fase ketiga, yaitu fase pembebasan dari api neraka. Sebagaimana hadits
yang diriwayatkan oleh Salman al- farisi, “Adalah bulan Ramadhan, awalnya
rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Rasulullah
Muhammad Saw, yang merupakan manusia terpilih dan suri tauladan terbaik bagi
kita, jika Ramadhan memasuki 10 hari terakhir, maka beliau semakin
memaksimalkan diri dalam beribadah. Beliau menghidupkan malam harinya untuk
mendekatkan diri kepada Allah SwT, bahkan beliau membangunkan keluarganya agar
turut beribadah. Dari Aisyah r.a., ia menceritakan tentang keadaan Nabi Saw
ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, “Beliau jika memasuki
sepuluh hari terakhir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang, menghidupakn
malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari).
Rasulullah
Saw sangat memerhatikan 10 hari terakhir bulan Ramadhan karena di dalamnya
begitu banyak keutamaan yang bisa didapatkan pada waktu-waktu tersebut.
Beberapa di antaranya: Pertama, sebagaimana sudah lazim kita pahami
bahwa sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan adalah turunnya lailatul qadr.
Malam yang sangat dinantikan untuk didapatkan oleh orang-orang yang
melaksanakan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan pengharapan ridha Allah
SwT, karena pada malam tersebut siapa saja yang beribadah kepada Allah SwT
dengan penuh keimanan dan pengharapan kepada Allah SwT maka nilai ibadahnya
sama dengan bernilai ibadah selama 1000 bulan yang juga berarti sama dengan 83
tahun 4 bulan. Sebagaimana firman Allah SwT dalam surat Al-Qadr ayat 3:
ä's#øs9 Íôs)ø9$# ×öy{ ô`ÏiB É#ø9r& 9öky ÇÌÈ
“Lailatul Qdr itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3).
Tentunya
dengan mendapatkan lailatul qadr adalah suatu hal yang sangat
membahagiakan bagi orang yang beriman yang melaksanakan ibadah puasa dengan
penuh keimanan kepada Allah SwT. oleh karenanya, pada hari 10 terakhir ini
tidak sedikit dari kaum muslimin yang melakukan i’tikaf di masjid agar rangkaian
ibadah yang dilaksanakan, shalat malam, tadarus Al-Qur’an, berdzikir dan
amalan-amalan lainnya dapat dilaksanakan dengan khusyuk, tentunya dengan tujuan
lailatul qadr dapat diraih. Pada malam tersebut keberkahan Allah swT
melimpah ruah, banyaknya malaikat yang turun pada malam tersebut, termasuk
Jibril a.s. Allah SwT berfirman:
O»n=y
}Ïd
4Ó®Lym
Æìn=ôÜtB
Ìôfxÿø9$#
ÇÎÈ
“Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga
terbit fajar.” (QS. Al-Qadr; 5).
Dalam
sebuah hadits shahih Rasulullah saw juga menyebutkan tentang keutamaan
melakukan qiyamullail di malam tersebut. Beliau bersabda. “Barangsiapa
melakukan shalat malam pada lailatul qadr karena iman dan mengharap pahala
Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Keutamaan kedua adalah sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan
pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap insan manusia yang beriman
kepada Allah SwT mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan berupaya
dengan semaksimal mungkin mengerahkan segala daya dan upayanya untuk
meningkatkan ibadah pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Karena amal
perbuatan itu tergantung pada penutupnya atau akhirnya.
Rasullah
Saw bersabda: “Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya.
Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik
hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu kelak.”
Dengan
demikian mari kita maksimalkan sisa-sisa bulan Ramadhan ini dengan meningkatkan
amaliyah ibadah kita kepada Allah SwT dengan qiyamullail (menghidupkan
malam) pada bulan Ramadhan, khususnya pada malam-malam penghujung bulkan ini.
Semoga kita mendapatkan segala limpahan kemuliaan dari Allah SwT. Amiiiin……
Inilah Bonus Ramadhan!
ÏpÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3
Ï9ºs ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# (
ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ
14. Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
[186] yang dimaksud dengan binatang ternak di sini
ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Memang,
manusia harus seimbang antara materi dan rohani. Namun, orang yang bisa
melepaskan diri dari kekuasaan kemateriannya, akan naik ke derajat malaikat.
Saat orang berpuasa, berusaha untuk meninggalkan kemateriannya dan menuju alam
malakut. Sehingga, Allah menyanjungnya dalam hadis Qudsi yang artinya:
“Setiap amalan anak cucu Adam adalah baginya kecuali puasa. Puasa adalah
milik-Ku dan Aku akan langsung membalasnya. Puasa adalah perisai, jika salah
seorang berpuasa jangan berkata kotor dan jangan bertengkar. Bila dihina
seorang atau diajak duel, hendaknya menjawab: aku sedang puasa …” (HR Bukhari,
Muslim, an-Nasa’i, dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).
Itulah
bonus bagi orang yang puasa Ramadhan. Agar manusia yang materialis ini bisa
tawazun (seimbang), Allah memberi motivasi dengan berbagai cara. Sebagai
makhluk ekonom, ia tertarik dengan segala bentuk transaksi yang menguntungkan.
Untuk itu, Alquran banyak menggunakan istilah ekonomi, seperti istilah
transaksi (as-Shaf: 10), rugi dan timbangan (ar-Rahman: 9), dan lainnya.
Supaya
umat Islam di bulan Ramadhan mencapai puncak dalam ibadah maka Allah
menyediakan beragam bonus. Rasulullah SAW bersabda, “Umatku diberi lima
keistimewaan pada bulan Ramadhan yang tidak diberikan kepada umat sebelum
mereka: Bau mulutnya orang-orang puasa lebih wangi di sisi Allah dibandingkan
bau minyak kasturi, setiap hari malaikat memintakan ampunan bagi mereka saat
berpuasa sampai berbuka, Allah menghiasi surga untuk mereka kemudian berfirman,
“Hamba-hamba-Ku yang saleh tengah melepaskan beban dan kesulitan maka
berhiaslah, setan-setan dibelenggu sehingga tidak bisa menggoda dan orang-orang
puasa diampuni dosa-dosa mereka pada malam terakhir bulan Ramadhan.” (HR Ahmad,
al-Bazzar, al-Baihaqi).
Selain
itu, pada malam pertama Ramadhan setan dibelenggu, pintu surga dibuka, pintu
neraka ditutup, dan penyeru dari langi memanggil, “Wahai pencari kebaikan,
songsonglah dan wahai pencari kejahatan berhentilah! Dan, Allah membebaskan
banyak manusia dari neraka setiap malam Ramadhan.”
Orang
yang berpuasa diberi keistimewan dengan dua kebahagiaan, yakni kebahagiaan saat
berbuka dan saat bertemu dengan Allah di surga. Di surga ada pintu yang
disiapkan untuk orang puasa, yaitu pintu ar-rayyan. Bila para shoimin di dunia
telah masuk, semua pintu ditutup dan tidak ada yang masuk lagi selain mereka.
Lebih
dari itu, di bulan suci ini, Allah menyediakan satu malam yang lebih baik dari
seribu bulan, yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Barang siapa yang tidak
mendapat kebaikan malam itu sungguh dia termasuk orang celaka. Demikian besar
bonus yang disediakan Allah pada setiap Ramadhan. Tidak cukupkah bagi kita
untuk bermujahadah dalam beribadah demi menyongsong keutamaannya? Boleh jadi di
antara kita, ada yang tidak bertemu kembali dengan bonus-bonus Ramadhan.
Banyak orang berlomba-lomba datang ke salon kecantikan atau
ke dokter bedah plastik demi terlihat memikat dan awet muda meski harus merogoh
ongkos banyak karena tak ingin ada kerutan di wajah. Padahal muda dan tua
adalah sunnahtullah yang harus dialami.
Tapi
bagi yang ingin tetap awet muda, anda tak perlu mengeluarkan uang banyak
untuk membayar jasa kecantikan atau untuk membeli produk kecantikan. Cukup
dengan memanfaatkan bulan puasa. Apa bukti ilmiahnya?
Puasa
akan mengurangi atau menghentikan sementara proses-proses fisiologis atau
metabolisme didalam tubuh kita, khususnya disaluran pencernaan.
Penghentian proses metabolisme itu membawa empat rangkaian proses yang
berdampak besar pada kesehatan. Bila seseorang bepuasa berarti ia,
pertama membatasi jumlah makanan yang masuk dalam saluran pencernaan, kedua, ia
telah menurunkan intensitas kerja sistem pencernaan kita.
Lalu
ketiga, dengan turunnya intensitas kerja itu, turun pula kemungkinan adanya
racun dari dalam tubuh, baik endotoksin (racun dari dalam tubuh sendiri) maupun
eksotoksin (racun dari luar tubuh). Berkurangnya bahan yang harus dicerna juga
akan membuat tubuh kita tidak memaksakan diri untuk mengeluarkan hormon dan
enzim pencernaan secara besar-besaran.
Bayangkan
sebaliknya bila anda tidak berpuasa. Yang pasti semua makanan yang masuk dalam
tubuh harus dicerna. Mau tidak mau, kita akan memaksa organ pencernaan kita
bekerja lebih keras.
Menurut
para pakar, yang disebut awet muda pada dasarnya adalah proses penuaan dini
yang dihambat. Diantara beberapa teori penuaan salah satu yang paling
terkenal pada tahun 1950-an adalah teori radikal bebas. Teori radikal bebas
berbunyi,” kalau didalam tubuh kita banyak radikal bebas, maka radikal bebas
itu secara seluler (arahnya ke sel-sel tubuh) akan merusak dinding sel.
Perusakan dinding sel itu akan mempercepat penuaaan.”
Puasa
ternyata ampuh melindungi dinding sel. Dinding sel bisa dipertahankan
karena radikal bebasnya tidak ada atau dikurangi (karena puasa), maka orang
menjadi awet muda”
Ada
sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa pada orang yang berpuasa, MDA (melondealdehid)
yang sifatnya radikal bebas, ternyata berkurang hingga 90%. Bersama dengan itu,
disisi lain puasa meningkatkan pembuatan antioksidan hingga 15%. “Jadi disatu
sisi radikal bebas itu dipangkas, disisi lain musuh radikal bebas (antioksidan)
ditingkatkan” Oleh karena itu, kita tak perlu heran lagi kenapa rajin berpuasa
bisa bikin awet muda
Pikiran Lebih Tajam
Bukan
hanya awet muda, puasa pun memiliki dampak luar biasa terhadap pikiran. “Puasa
ibarat mata air. Semakin digali airnya semakin deras,” kata seorang master
trainer sekaligus pakar Neuro-Linguistic Programming (NLP), Ikhwan Sofa.
“Begitu juga dalam ilmu modern, setiap hari manfaat puasa dapat ditemukan dari
berbagai aspek,” ujarnya. Pengaruh puasa pada pikiran dan mental itu pula yang
mempengaruhi tampilan muda seseorang.
Ia
mengungkapkan selama berpuasa, kerja pikiran melambat. Pelambatan tersebut,
menurut Ikhwan, membuat pikiran lebih jernih karena berpikir lebih dalam.
Secara
ilmiah, ungkap Ikhwan, pikiran yang melambat ketika lapar, ternyata menjadi
lebih tajam, juga secara instingtif. Bukti ilmiah ini bisa diterima terkait
dengan fakta bahwa masalah lapar adalah masalah kelanjutan hidup. Jadi wajar
saja, jika rasa lapar membuat pikiran semakin tajam dan kreatif.
Ikhwan
menunjukkan sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Sekelompok
mahasiswa di University of Chicago diminta berpuasa selama tujuh hari. Selama
masa itu, terbukti bahwa kewaspadaan mental mereka meningkat dan progres mereka
dalam berbagai penugasan kampus mendapat nilai tinggi.
Dengan
demikian, menurut Ikhwan, dapat disimpulkan, bahwa fisik dan mental mengalami
kenaikan tingkat saat berpuasa. Salah satu yang paling menonjol adalah
kestabilan emosi, yang disebabkan oleh terbebasnya mereka dari ketergantungan
pada makanan, terutama dari makanan dan minuman pemicu emosi seperti kopi,
coklat, gula, dan lemak yang telah terbukti punya dampak buruk untuk kestabilan
emosi.
Selain
itu, imbuh Ikhwan, orang yang berpikir jernih akan lebih terbuka menerima
firman Tuhan. “Dunia ini dipenuhi oleh hiruk pikuk teknologi yang sangat hebat
dalam hal menarik perhatian kita. Semuanya berlomba-lomba tak kenal lelah. Dan
Tuhan, jelas tidak termasuk dalam kompetisi ini. Dia tetap menunggu kita,
sampai kita mengheningkan jiwa, sampai kita siap untuk mendengar-Nya,”
ungkapnya.
Sudah
banyak pakar membahas hikmah dan filosofi ibadah puasa. Ada yang mengaitkan puasa
dengan teori-teori kedokteran, seperti dilakukan Muhammad Farid Wajdi, salah
seorang murid Shekh Muhammad Abduh. Ada pula yang mengaitkannya dengan
kepedulian sosial dan rasa kesetiakawanan, serta tidak sedikit pula yang
mengaitkan puasa dengan pendidikan kepribadian. Berbagai hikmah yang dikemukan
para pakar di atas, tentu saja memiliki alasan-alasan dan logikanya sendiri.
Dalam
Alquran, menurut penyelidikan Muhammad Fuad Abd al-Baqi dalam Al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz Alquran , kata puasa ( al-shaum ) terulang sebanyak 14
kali dalam berbagai bentuknya. Khusus mengenai puasa Ramadhan, dapat dilihat
keterangannya secara beruntun dalam surah al-Baqarah ayat 183 s/d 167.
Berdasarkan penyelidikannya yang mendalam terhadap ayat-ayat mengenai puasa di
atas, Abdul Halim Mahmud, mantan Rektor al-Azhar, dalam bukunya Asrar
al-’Ibadah (Rahasia Ibadah), mengemukakan tiga hikmah penting ibadah puasa.
Pertama,
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã úïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
Hai
orang –orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa (Q.S. Al Baqarah : 183 )
Karena
tujuan utama puasa adalah takwa, maka menurut Abdul Halim Mahmud, setiap orang
yang berpuasa harus mampu mengorganisir seluruh organ tubuhnya dan mengatur
semua aktivitasnya ke arah tujuan yang hendak dicapai itu (takwa).
Kedua
183. ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4
`yJsù yÍky ãNä3YÏB tök¤¶9$# çmôJÝÁuù=sù (
`tBur tb$2 $³ÒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$r& tyzé& 3
ßÌã ª!$# ãNà6Î/ tó¡ãø9$# wur ßÌã ãNà6Î/ uô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur crãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ ,
185.
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). (Q.S. Al Baqarah : 185 )
Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.
Karena
itu, turunnya wahyu itu patut disambut dan ”dirayakan”. Namun, perayaan ini
haruslah dengan kegiatan yang sesuai. Dalam kaitan ini, penyambutan dan
”perayaan” itu hanya patut dilakukan dengan mempersiapkan diri untuk bisa
menerima petunjuk itu dengan cara yang paling baik, yaitu puasa.
Ketiga,
Puasa
membuat pelakunya dekat dengan Tuhan dan semua permohonan dan doanya didengar
dan dikabulkan. Inilah makna firman Allah
:
#sÎ)ur y7s9r'y
Ï$t6Ïã
ÓÍh_tã
ÎoTÎ*sù
ë=Ìs% ( Ü=Å_é& nouqôãy
Æí#¤$!$#
#sÎ) Èb$tãy ( (#qç6ÉftGó¡uù=sù
Í< (#qãZÏB÷sãø9ur Î1 öNßg¯=yès9
crßä©öt ÇÊÑÏÈ
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S. Al Baqarah : 186 )
Menyimak
beberapa hikmah yang dapat dipetik dari ayat-ayat di atas, nyatalah bahwa puasa
merupakan sesuatu yang semestinya kita lakukan. Ia bukan semata kewajiban,
melainkan suatu kebutuhan. Untuk itu, setiap muslim harus menyambut gembira
datangnya Ramadhan ini dan melaksanakan ibadah puasa dengan penuh suka cita.
Dengan begitu, setiap kita mempunyai alasan moral untuk mendapat pengampunan
Tuhan dan pembebasan dari siksa-Nya
marilah kita berpuasa dengan benar, baik secara lahiriah
(tidak makan dan minum) maupun memuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal
yang buruk.
Dalam
sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW menyatakan, banyak orang yang berpuasa,
tetapi tidak menghasilkan apa pun dari puasanya, selain lapar dan haus. (HR
Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
Hadis
ini mengisyaratkan secara tegas bahwa hakikat shaum (puasa) itu, sesungguhnya,
bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, puasa adalah menahan diri
dari ucapan dan perbuatan kotor yang merusak dan tidak bermanfaat. Termasuk
juga kemampuan untuk mengendalikan diri terhadap cercaan dan makian orang lain.
Itulah sebagian dari pesan Rasulullah SAW terhadap kaum Muslimin yang ingin
puasanya diterima Allah SWT.
Pada
umumnya, orang yang berpuasa mampu menahan diri dari makan dan minum, dari
terbit fajar sampai terbenam matahari, sehingga puasanya sah secara hukum
syariah. Akan tetapi, banyak yang tidak mampu (mungkin juga kita) mengendalikan
diri dari hal-hal yang mereduksi, bahkan merusak pahala puasa yang kita
lakukan.
Pertama,
ghibah, menyebarkan keburukan orang lain, tanpa bermaksud untuk
memperbaikinya. Hanya agar orang lain tahu bahwa seseorang itu memiliki aib dan
keburukan yang disebarkan di televisi dan ditulis dalam surat kabar dan
majalah, lalu semua orang mengetahuinya. Penyebar keburukan orang lain
pahalanya akan mereduksi sekalipun ia melaksanakan puasa, bahkan mungkin hilang
akibat perbuatan ghibah yang dilakukannya.
Kedua,
memiliki pikiran-pikiran buruk dan jahat, dan berusaha melakukannya, seperti
ingin memanfaatkan jabatan dan kedudukan untuk memperkaya diri, terus-menerus
melakukan korupsi, mengurangi takaran dan timbangan, mempersulit orang lain,
dan melakukan suap-menyuap. Jika hal itu semua dilakukan, perbuatan tersebut
pun dapat mereduksi pahala puasa, bahkan juga dapat menghilangkan pahala serta
nilai-nilai puasa itu sendiri.
Ketiga,
sama sekali tidak memilik empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain
yang sedang mengalami kelaparan atau penderitaan, miskin, dan tidak memiliki
apa-apa. Orang yang berpuasa, akan tetapi tetap berlaku kikir dan bakhil, nilai
puasanya akan direduksi atau dihilangkan oleh Allah SWT.
Oleh
karena itu, marilah kita berpuasa dengan benar, baik secara lahiriah (tidak
makan dan minum) maupun memuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang
buruk. Latihlah pikiran dan hati kita untuk selalu lurus dan jernih, disertai
dengan kepekaan sosial yang semakin tinggi. Berusahalah membantu orang-orang
yang sedang mengalami kesulitan hidup. Wallahu a’lam bish-shawab.
Pada
kebanyakan orang, Bulan puasa Ramadhan dijadikan bulan untuk lemas, mengantuk
dan tidak bergairah. Selain itu, bagi orang yang bekerja, terkadang ritual
ibadah puasa menghalangi mereka untuk lebih meningkatkan gairah dan etos kerja.
Padahal
sebaliknya, kata mubaligh ibu kota Ustadz Muchsinin Fauzi Lc, bulan Ramadhan
justru sebagai momen yang sangat tepat untuk meningkatkan vitalitas dan etos
kerja.
Muchsinin
menjelaskan, betapa istimewanya bulan suci ini. Di dalam bulan Ramadhan, ada
dua hal besar yang pernah terjadi sepanjang sejarah Islam. Pertama, menangnya
umat Muslim dalam perang Badar. Kedua, peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Kota
Makkah). “Hal-hal penting terjadi di bulan Ramadhan. Mereka mampu melakukan hal
besar dalam kondisi berpuasa. Kita pun harusnya demikian. Jadikan Ramadhan
sebagai big performance umat Islam,” ujarnya, Kamis (19/8) dalam tausiyah dalam
acara buka bersama awak Newsroom Republika dan Republika Online di Jakarta.
Big
performance, menurut Muchsinin, adalah perwujudan umat Islam dalam bulan
Ramadhan yang tercermin dengan semangat baru dan siap meningkatkan kualitas
kerja. Karena, seperti tadi yang telah diurai, dalam bulan Ramadhan telah
terjadi serangkaian peristiwa berat dan besar, namun dapat dicapai. “Jadikan
peristiwa itu sebagai tonggak untuk memotivasi diri,” ujarnya.
Menurutnya,
ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang cenderung menurun kualitasnya pada
bulan Ramadhan. Pertama, orang tersebut belum siap menghadapi Ramadhan. “Karena
belum siap, ia pun tak terbiasa lapar, haus dan lain sebagainya,” ujarnya.
Kedua, visi seseorang tersebut tidak sesuai dengan Ramadhan. Oleh karenanya
Ramadhanya lemah. “Ramadhan itu jalan menuju utara. Menuju Allah. Jika visinya
berbeda, maka akan sulit jalani Ramadhan,” ungkapnya.
Selain
itu, lanjut Muchsinin, sepanjang hayatnya, manusia itu dibekali hawa nafsu
itulah mengapa Allah perintahkan untuk berpuasa. “Agar nafsunya jinak,”
katanya. Orang yang bekerja pun demikian. Mereka dibekali hawa nafsu lengkap
dengan pengujian kesabaran dan ketabahan. Mereka diuji apakah Ramadhan kualitas
kerja mereka menurun padahal bulan selain Ramadhan etos kerja mereka baik.
Muchsinin
pun menyarankan, setiap pekerjaan yang kita lakukan itu harus diniatkan karena
Allah Swt dan diniatkan sebagai bentuk penghambaan diri padaNya. Tak peduli
dengan gaji yang didapat dengan jam kerja yang panjang. Intinya,
keprofesionalan terwujud karena kita bertanggung jawab kepada Allah. Bukan
karena jabatan, apalagi materi yang didapat. Oleh sebabnya, muslim yang tangguh
tak menjadikan gaji sebagai motivasinya. “Gaji bukan motivasi tapi kontrak
kerja. Muslim yang ingin memiliki etos kerja yang bagus, motivasinya juga harus
benar,” tegasnya.
Lebih
lanjut, ustadz lulusan Universitas Madinah ini juga memaparkan perihal sedekah.
Orang yang paling bahagia ialah orang yang bekerja karena Allah, lalu bersifat
dermawan. Sedekah yang sempurna baginya ialah sedekah orang yang senantiasa
memberi baik dalam keadaan lapang dan sempit. Nabi Muhammad Saw pun demikian,
saat bulan Ramadhan, tak pernah berhenti untuk memberi. “Sedekah Nabi seperti
angin berhembus. Tidak pernah berhenti. Baik lapang maupun sempit. Itulah orang
yang paling bahagia,” katanya.